Setelah Membaca, Memperhatikan dan Menilai seluruh cerita yang masuk ke email newpublicevent@gmail.com. Kami selaku penyelenggara dan dewan juri memberikan apresiasi yang luar biasa atas antusias ratusan peserta dari lomba Cerpen Ceritain Cinta ini.
Adapun dewan juri menilai, kebanyakan dari seluruh cerita yang masuk memiliki alur cerita yang serupa dan sudah dapat ditebak akhirnya, hal ini menyebabkan dewan juri harus bekerja keras dalam memilih cerita yang memiliki alur berbeda dari cerita lainnya, disertai dengan keunikan dalam kisahnya itu sendiri. karena pada dasarnya, yang paling utama dalam penilaian dewan juri adalah perbedaan maupun keunikan cerita dari yang lainnya. sekali lagi kami tegaskan, Penggunaan bahasa yang puitis,formal,maupun bebas tidak masuk dalam kategori penilaian kami.
SUSI LESTARI,
19 TAHUN, (MAHASISWA)
DENGAN JUDUL CERITA "TIGA HARI MENGEJAR CINTA DION"
Berikut Ceritanya!
Tiga
Hari Mengejar Cinta Dion
Banyak orang yang
menganggap kalau pelajaran PPKn itu membosankan. Garing. Materinya itu-itu
terus sejak SD sampai kuliah. Apalagi kalau gurunya cuma modal spidol sama
ceramah, satu kelas tidak ada yang mendengarkan. Alhasil, kelas ramai kayak pasar
klepon.
Tapi, tidak bagi aku! Pelajaran PPKn pernah menjadi simbol cinta yang tidak
terlupakan sampai kini. Sampai kapanpun.
Hatiku
yang sudah tertaut pada pelajaran PPKn, akhirnya dapat membuktikan bahwa aku
mampu lolos dalam seleksi lomba Nasionalisme tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun
2011. Sepuluh orang dari sekolahku dikirim ke Boyolali selama tiga hari untuk
bersaing mewakili kabupatenku. Selama tiga hari itulah, cintaku tumbuh dan
bermekaran ke salah satu peserta. Namanya Dion.
Tapi
malang, hari pertama saat babak penyisihan, sekolahku harus bertekuk lutut.
Kalah telak! Hingga akhirnya Pak Guru memutuskan untuk pulang saja, akan tetapi
aku dibantu ke sembilan temanku menolaknya. Cara kami pun berhasil, kami tetap
tinggal.
Hari
ke dua, mulai kususun rencana. Sebuah misi yang mengusung tema “3 Hari Mengejar
Cinta Dion” kucetuskan. Lagi, dibantu temanku, aku mencari tahu kamar di mana
Dion ditempatkan. Ternyata kamar 20E yang terletak di lantai bawah penginapan.
The last day, sebuah love letter berhasil kubuat. Kubungkus
surat itu menggunakan amplop putih. Malam nanti, aku berencana memberikannya
kepada Dion. Dari yang kutahu, sekolah Dion tidak berhasil masuk final sehingga
aku akan mudah menemuinya di kamar 20E.
Setelah
memastikan kondisi aman terkendali, kulangkahkan kaki buru-buru. Kuambil surat
yang telah kusiapkan seharian. Aku mengayunkan langkah perlahan-lahan. Sampai
di depan kamar Dion, kuketuk pintu dengan pelan. Tak lupa kuucapkan salam. Dan,
untungnya yang membuka pintu adalah Dion sendiri.
Langsung
saja kuberikan suratku. Meski aku menundukan kepala, sempat kulihat wajah Dion
yang terkaget-kaget. Surat pun beralih tangan. Aku segera tancap gas. Lari
sekencangnya. Sanking cepatnya, aku tidak memperhatikan kalau di depanku
terdapat sebuah tong sampah. Aku menabraknya. Menubruk sampah yang berisi nasi
busuk. Sungguh, saat itu aku malu. Malu telak!
Meskipun
malu, aku tetap bahagia karena Dion akhirnya dapat mengetahui isi hatiku.
Kedalaman cintaku tidak bisa diukur waktu. Ya, sudah kujelaskan bahwa cintaku
ini adalah cinta tersingkat sepanjang hidupku.
Esoknya,
pukul sembilan setelah penutupan acara, aku langsung bergegas menuju tempat yang kutuliskan di surat itu. Tempat
aku dan Dion bertemu untuk pertama
kalinya. Menit demi menit, jam demi jam pun berlalu. Dion tak kunjung datang.
Aku cemas dan mulai gelisah. Kulihat satu persatu orang telah meninggalkan
tempat lomba. Di mana sosok Dion? Aku pun melihat seseorang datang
menghampiriku. Tapi bukan Dion. Orang itu adalah Pak Guru.
Langkahnya
seperti memburuku. Panjang-panjang dan cepat. Pak Guru berhenti tepat di
hadapanku. Detik berikutnya, betapa kagetnya aku ketika satu tangan Pak Guru di
arahkan tepat di wajahku.
“Susi,
di mana amplop berisi uang pembinaan? Ini kenapa malah amplopnya berisi puisi
tembak-tembakan tidak jelas begini?” tanya Pak Guru.
“Hah?”
Aku kaget.
Aku
dan Pak Guru akhirnya membicarakan masalah ini. Face to face di kamarku. Setelah ditelusuri ternyata amplop yang
kuambil dan kuberikan kepada Dion tidak berisi love letter melainkan uang. UANG! Daebak. Tebak jumlahnya berapa?
Aku
tidak akan menyebutkan. Yang jelas jika digunakan dengan baik cukuplah menjadi
uang sakuku selama tiga bulan. Akhir dari misi “3 Hari Mengejar Cinta Dion”
adalah zonk. Gagal total. Dua kali aku rugi. Rugi perasaan karena puisi yang
kugunakan untuk nembak Dion tidak pernah sampai dan rugi duit karena harus
mengganti uang yang dibawa kabur oleh Dion.
Ya, itulah sekelumit kisahku. Tetapi hal tersebut tidak
menjadikanku memusuhi pelajaran PPKn. Sampai sekarang aku masih mengidolakannya.
Tahun 2012 lalu, aku resmi menjadi mahasiswa program studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan di salah satu universitas yang ada di Semarang. Satu yang
masih menjadi harapanku adalah Tuhan dapat mempertemukan aku dengan Dion lagi
suatu hari kelak, saat aku telah mengabdikan diri sebagai Guru PPKn. Amin.
Note : Keputusan dewan juri bersifat mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat yaa. :)
Selamat Kepada SUSI LESTARI! Mohon tunggu konfirmasi dari public event ke email kamu untuk pengiriman hadiahnya!
TERIMAKASIH. :D
YANG BELUM BERUNTUNG JANGAN LANGSUNG PATAH SEMANGAT! TENANG SESUAI JANJI KITA BULAN MARET INI PUBLIC EVENT SUDAH MEMPERSIAPKAN EVENT KEDUANYA PERIODE MARET 2014!
KLIK DISINI YAA.. :D
KLIK DISINI YAA.. :D